12.23.2014

Sekilas Tentang Cepat.Net - Innovate - MQM - Moratel - Sinar Mas

Bagi yang sedang bergelut dengan proyek FTTH pasti akrab dengan nama di atas khususnya proyek milik MQM,  tapi sebagian besar juga bingung  mencari relevansinya.

Proyek FTTH (Fiber to The Home) sedang digalakkan sebagai bagian dari tren dunia telekomunikasi yang terkenal dengan “Next Generation Network” disingkat “NGN”, yang komponennya adalah “wired, wireless & virtual” di Indonesia tren ini mengarah ke jaringan infrastruktur lebih terlebih dahulu yang dikenal dengan “Fiberisasi”.

Berbicara FTTH maka ada 2 nama besar yang sedang menggalakkannya “Telkom” dan MQM.

Sehubungan dengan nama di atas banyak yang masih bingung seperti apa hubungannya.

Kita mulai dari PT. Moratel yang lengkapnya adalah “Mora Telematika Indonesia” yang disingkat MTI tapi lebih populer dengan “Moratel”.

Didirikan tahun 2000 oleh Galumbang Menak Simanjuntak, yang mulai serius menggarap Bisnis jaringan tahun 2007. Proyek perdana yang ditanganinya adalah membangun jaringan internasional Jakarta – Batam - Singapura melalui microwave dengan kapasitas 2xSTM-1. Tiga tahun kemudian, membangun jaringan kabel fiber optic. Di Singapura Moratel mendirikan Mora International Pte. Ltd. (Moratel Singapore), operator sekaligus pemegang lisensi jaringan kabel di Singapura.


1.04.2014

Pekerjaan IKR pada jaringan Fiber To The Home (FTTH)

Seperti yang telah dijelaskan di postingan sebelumnya tentang FTTH, maka  hal yang tidak kalah penting untuk diketahui pada pekerjaan FTTH adalah pekerjaan CPE. Customer promises equipment (CPE) adalah perangkat ataupun jaringan yang terletak di sisi pelanggan. Yang biasa dikenal dengan istilah IKR (Instalasi Kabel Rumah). Secara umum yang termasuk perangkat CPE pada jaringan FTTH adalah :

BTS Hotel Sebagai Konsep Baru Bagi Operator Jaringan Telekomunikasi Sellular

Sesuai dengan namanya maka maka kalau dijelaskan secara sederhana, hotel yang dimaksud adalah hotel yang penyewanya adalah BTS yang dimiliki oleh operator telekomunikasi cellular.
Seiring dengan peningkatan penggunaan ponsel dan data, kebutuhan akan kapasitas layanan yang lebih besar khususnya di daerah perkotaan yang padat, juga ikut meningkat. Operator cellular harus menambah lebih banyak jumlah antena cellular yang available bagi pelanggan untuk pemenuhan kapasitas yang dibutuhkan. Dibutuhkan lebih banyak antena cellular karena setiap antena cellular harus mengcover area yang sempit untuk meminimalkan interference antara cellular yang berdekatan.
Dibutuhkan satu sistem untuk menambah jumlah antena cellular tapi bisa menekan biaya untuk perangkat, lahan maupun sumber daya manusia. Belum lagi dengan regulasi Pemerintah Daerah yang semakin sulit dalam pemberian izin, komplein masyarakat, maupun sisi keamanan apabila harus membangun tower baru termasuk mempertahankan tower yang ada.
Konsep BTS Hotel, didasarkan pada kebutuhan operator cellular dalam memenuhi dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan dengan mempertimbangkan belanja modal (CAPEX) dan biaya operasional (OPEX) apabila harus membangun BTS konvensional.
Sistem yang digunakan disebut teknologi Distributed Antenna System (DAS). Konfigurasi yang digunakan adalah mengumpulkan beberapa BTS (termasuk dari beberapa operator dengan berbagai teknologi) pada satu lokasi yang berfungsi sebagai BTS Hotel / Hub untuk melayani beberapa remote site (antena cellular yang disebar di beberapa lokasi dalam jangkauan BTS Hotel yang bersangkutan). Antara BTS dan masing-masing Remote Site akan dihubungkan dengan satu single fibre optik.
Konsep ini sebagai salah satu aplikasi jaringan FO dengan sistem Fiber to the Antenna (FTTA).
Diagram Konfigurasi BTS Hotel


9.07.2013

Mengukur Panjang Rute Jaringan FO dari Tracking GPS

Secara logika hal tersebut bisa diterima karena perangkat GPS bisa mengukur dengan jarak lurus (distance) maupun jarak tempuh (odometer).
Mengukur panjang rute dengan meter dorong (walking measure) dilakukan setelah kabel digelar dan ditimbun sehingga ada allowance yang perlu ditambahkan karena posisi kabel di dalam galian kemungkinan naik dan turun maupun berbelok-belok, yang jelas tidak lurus seperti jalannya meter dorong.
Akurat mana GPS dibanding Walking measure dalam pengukuran?
Walking measure adalah alat ukur sedangkan GPS adalah alat identifikasi posisi pekerjaan yang sudah dikerjakan (posisi jalur galian, posisi tower, jembatan dan handhole) untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan. Kalaupun ada informasi jarak lurus (distance), jarak tempuh (odometer), waktu tempuh maupun waktu pengambilan data itu semua dikalkulasi oleh prosessor yang ada di perangkat GPS yang kita gunakan dengan status aproximately untuk tujuan navigasi dan bukan untuk mengukur volume pekerjaan.

12.28.2012

Service OSP pada Jaringan FTTH

FTTH (Fiber To The Home) merupakan penyelenggaraan jaringan kabel optik hingga ke titik pelanggan atau yang dikenal sebagai customer premise.

11.21.2012

Cable Jet sebagai alternatif penarikan kabel fiber optik


Cara kerja penarikan kabel fiber optik selama ini menggunakan sistem manual dengan tenaga manusia. Selain waktu yang lama, keselamatan kerja maupun keamanan kabel merupakan resiko yang harus dihadapi.
Alternatif lain adalah dengan memanfaatkan teknologi Cable Jet. Metode "Cable Jet" adalah pemanfaatan udara bertekanan tinggi yang dihasilkan kompressor udara tekanan tinggi sekitar 8 sampai 10 milibar yang akan mengakibatkan kabel di dalam subduct seperti melayang,  tekanan udara ini akan mendorong kabel melalui subduct sampai maksimum sepanjang 2 atau 3 km, secara logika dalam sehari pulling kabel bisa mencapai 12 km untuk satu tim/ hari.

4.21.2012

Squadron OSP US Air Force

US Air Force ternyata punya Squadron OSP. Berikut pictnya ......
Staff Sgt. Lee Doolen connects jumper cables to telephone circuits in the main distribution frame at Ali Base, Iraq, on Friday, May 6, 2006. Sergeant Doolen is deployed to the 407th Expeditionary Communications Squadron at Tinker Air Force Base, Okla. (U.S. Air Force photo/Master Sgt. Jon Hanson)

4.10.2012

Sekilas Mengenai Operator Telekomunikasi di Indonesia

REVIEW TELEKOMUNIKASI: Sekilas mengenai operator di Indonesia - Bisnis.com.
Jumlah operator telekomunikasi di Indonesia termasuk yang terbanyak di dunia, yaitu mencapai 10 perusahaan.Namun dari jumlah tersebut, bisa dibilang terdapat enam operator terbesar, yaitu Telkom, Telkomsel, Indosat, XL Axiata, Bakrie Telecom, dan Smartfren

3.08.2012

OSP Peduli Masyarakat

Pelaksana jaringan OSP proyek fiber optik NSN-TIN area Jambi - Pekanbaru membantu perbaikan sementara jalan lintas timur di kota Merlung, Tanjung Jabung Barat, Jambi sebagai komitmen OSP peduli masyarakat.


2.22.2012

Rambu Keselamatan Galian Fiber Optik

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di proyek bertujuan untuk meciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di lokasi kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang ter-integrasi guna mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat pelaksanaan pekerjaan.
Penempatan rambu-rambu keselamatan pada alur galian pekerjaan galian fiber optik untuk melindungi keselamatan pekerja dan pengguna jalan  yang sedang melintas pada jalur pekejaan.